Orang Mentawai biasa menyebutnya Luppa. Tak ngerti aku kenapa kok Luppa diberi nama. Sementara orang-orang sekolahan menyebutnya Manis Javanica. Sementara kebanyakan orang menyebutnya Trenggiling.
Binatang unik ini berkembang biak dengan melahirkan. Hanya ada satu anak yang dilahirkan seekor trenggiling betina. Lama hamilnya hanya dua sampai tiga bulan saja
Musim kawin trenggiling jatuh pada bulan April sampai Juni. Setelah sang betina mengandung beberapa bulan, ia akan melahirkan anaknya. Biasanya induk trenggiling akan menjaga anaknya 3 sampai 4 bulan. Selama itu sang anak sering di bawa-bawa oleh induknya di atas ekornya.
Trenggiling termasuk satwa yang dilindungi. Ini mungkin karena jumlahnya yang sudah mulai berkurang karena habitatnya sudah banyak yang rusak (hutan habis ditebang).
Tetapi, bagi masyarakat di Pulau Siberut, mereka tak peduli atau lebih tepat tidak tahu bahwa Luppa adalah satwa yang dilindungi. Yang masyarakat tahu, Trenggiling atau Luppa adalah salah satu sumber protein bagi mereka.
Ketika bulan purnama, mereka sering sengaja melakukan perjalanan malam dari kampung sebelah atau ladang yang jauh dari rumah. Ini dilakukan dengan harapan ketemu Trenggiling untuk dibawa pulang sebagai menu tambahan yang kaya protein.